Perubahan Perilaku Konsumen Dalam Masa Pandemi Covid-19
Di tengah masa pandemi seperti ini, kita dihadapkan pada ketidakpastian akan masa depan. Ketika hal itu terjadi, masyarakat pada umumnya akan panik sehingga mengikuti tren yang sedang ramai. Salah satunya adalah belanja kebutuhan pokok.
Pertama, sebelum perintah physical distancing diberlakukan, mereka melakukan belanja massal atau “panic buying.” Beberapa bahkan masih melakukannya sampai hari ini.
Kedua, setelah perintah karantina (atau di Indonesia PSBB) diterapkan, orang-orang mulai beralih untuk melakukan setiap transaksi secara online, termasuk ketika membeli kebutuhan pokok.
Dengan kondisi seperti ini, para pebisnis (terutama pemilik usaha kecil dan menengah) sebaiknya memprediksi perilaku belanja konsumen dan melakukan beberapa peningkatan penjualan secara Online selama masa pandemi. Juga, pebisnis harus bisa memprediksi pola permintaan yang ada di tengah masyarakat pada saat ini agar dapat bertahan dari serangan pandemi ini.
Memprediksi Perubahan Perilaku Konsumen di Tengah Krisis Covid-19
Untuk memprediksi pergeseran pola permintaan di tengah krisis COVID-19, konsultan industri, Charles Chase, memberikan kita beberapa tipsnya, yaitu:
Gunakan Data “downstream” yang Mencerminkan Permintaan Konsumen Saat Ini
Pertama, analisis dan perkirakan data POS (point of sale). Gunakan data tersebut untuk menentukan perubahan dalam pola permintaan. Setelah itu berfokus penuh pada produk yang memiliki kecepatan permintaan tertinggi ketimbang produk-produk dengan permintaan yang rendah.
Menerapkan Proses “Peramalan” dan Perencanaan Permintaan Jangka Pendek
Terapkan perkiraan jangka pendek (satu hingga delapan minggu) dengan memanfaatkan sistem analitik untuk memprediksi permintaan harian dan mingguan menggunakan data POS. Dengan ini, Anda tidak hanya dapat melihat pergeseran dalam pola permintaan jangka pendek.
Fokus Pada Rincian dan Wilayah Geografis
Pola permintaan konsumen pastinya bervariasi di setiap daerah yang berbeda. Banyak pengecer mengalami lonjakan besar di daerah tertentu, seperti lebih dari 800% untuk obat-obatan sementara makanan melebihi 25–50%. Oleh karena itu, jika Anda menjalankan bisnis retail, kolaborasi dan transparansi penuh antara pengecer dan pemasok sangat penting di masa seperti ini.
Karena perintah pembatasan sosial, secara alami akan terjadi penurunan proses belanja secara tatap muka.
Hal ini meningkatkan dorongan untuk belanja Online, di mana orang-orang mulai beralih ke e-commerce untuk membeli barang-barang tertentu.
Sebuah survei oleh Engine, menyebutkan bahwa, orang-orang telah meningkatkan pembelanjaan Online mereka sekitar 10–30% di masa pandemi, dan e-commerce yang menyediakan kebutuhan kelontong adalah yang paling merasakan perubahannya.
Karena orang-orang membuat pilihan pembelian berdasarkan keadaan global dan lokal yang baru dan terus berubah, kategori produk yang dibeli juga ikut berubah. Riset yang diterbitkan oleh Nielsen telah mengidentifikasi enam perilaku utama dari konsumen yang terkait dengan pandemi COVID-19 dan produk yang mereka beli, yaitu:
Pembelian yang mengedepankan gaya hidup sehat dan proaktif (membeli produk kesehatan dan kebugaran)
Manajemen kesehatan reaktif (membeli alat pelindung seperti masker dan pembersih tangan)
Persiapan dapur (persediaan bahan makanan dan kebutuhan rumah tangga)
Persiapan karantina (membeli kebutuhan pokok seperti bahan-bahan makanan dan sebagainya, mengurangi kunjungan ke toko-toko)
Pembatasan sosial (menunda rencana liburan, membatasi barang-barang yang dibeli secara Online, menambah kebutuhan hiburan di rumah seperti Netflix dll.)
Melakukan kebiasaan yang “baru” (kembali ke rutinitas harian, membeli kebutuhan sehari-hari seperti biasa)
Masyarakat mungkin mencoba untuk beradaptasi dengan pandemi tanpa banyak perkiraan sebelumnya sehingga mengubah perilaku mereka sebagai hasilnya. Sebagai pemilik bisnis, Anda menghadapi banyak ketidakpastian yang sama, sambil mencoba untuk mencari kebutuhan yang di inginkan oleh konsumen Anda.
Bergantung pada industri dan pelanggan Anda, respon Anda terhadap situasi yang terus berkembang ini harus ikut berubah juga, atau dalam hal ini dinamis. Ketika Anda sudah mengetahui beberapa perubahan dalam pola permintaan dan perilaku konsumen, Anda dapat terus melayani mereka sebaik mungkin.