Penerapan Chatbot di Era New Normal Akan Memberikan Manfaat yang Besar. Apa Benar?

Faisal Sugangga

Transisi menuju tatanan kehidupan new normal semakin gencar dicanangkan.

Hal ini dilakukan demi kembali berjalannya roda aktivitas pada sektor-sektor penopang negara. Aktivitas-aktivitas ini tak lepas dari penerapan protokol kesehatan dalam rangka memerangi pandemi covid-19 serta menghindari risiko terjadinya gelombang kedua.

Minimalisasi kontak fisik (less contact) merupakan salah satu pokok dari peraturan baru yang didasari pada protokol kesehatan pandemi covid-19.

Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro, menyatakan akan terjadinya ekonomi minim kontak (less contact economy) pada era new normal. Maka dari itu, ia mengungkapkan pentingnya optimalisasi teknologi digital, informasi, dan komunikasi di berbagai sektor seperti pendidikan, perdagangan, maupun pelayanan medis.

Untuk mendukung optimalisasi teknologi ini, chatbot dapat menjadi salah satu bentuk teknologi dengan potensi besar yang dapat digunakan. Sebuah riset oleh perusahaan market research menunjukkan pasar global untuk chatbot pada tahun 2018 bernilai USD 1,17 milyar dan diprediksi untuk mencapai USD 10,08 miliar pada tahun 2026.

Hal tersebut dapat terjadi akibat semakin banyak masyarakat terhubung melalui social platform dengan ponsel pintar sehingga ekspektasi konsumen generasi ke depan akan semakin mengarah pada pengalaman pelanggan yang lebih mudah dan minim hambatan. Hasilnya, lebih banyak perusahaan menggunakan chatbot atau agen virtual yang bisa mengelola pertanyaan pelanggan sepanjang waktu dengan respon yang instan.

Dalam era new normal, chatbot pun dapat menjadi penyelamat serta teknologi pendukung yang sarat akan manfaat dalam berbagai sektor. Berikut beberapa cara chatbot dapat dimanfaatkan dalam sektor kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

  1. Chatbot dalam Sektor Kesehatan

    Dengan keberadaan pandemi, kesadaran masyarakat akan kesehatan dan kebersihan meningkat. Kebutuhan akan konsultasi kesehatan pun ikut meningkat, namun, dengan jumlah permintaan yang sangat besar, para konsultan kesehatan dan dokter dapat kewalahan apalagi jika pertanyaan yang sama berulang kali ditanyakan. Dalam hal ini, chatbot dapat menjadi salah satu alat pendukung untuk berlangsungnya konsultasi kesehatan jarak jauh yang cepat dan akurat berdasarkan informasi termutakhir.

    Dalam berbagai upaya untuk menemukan obat terbaik serta vaksin terampuh untuk meningkatkan keamanan kesehatan global, banyak pula miss information mengenai obat covid-19 beredar di tengah masyarakat. Hal ini sangat mengkhawatirkan terutama apabila masyarakat luas melakukan prosedur yang belum diresmikan oleh lembaga kesehatan. Dengan begitu, covid-19 tidak hanya membawa wabah penyakit, pandemi ini juga mengakibatkan membludaknya informasi berkaitan yang menyulitkan masyarakat untuk membedakan yang mana informasi yang benar.

    Penggunaan chatbot dapat sangat membantu masyarakat untuk dapat mengelola informasi yang dibutuhkan serta menghindari hoax. Alat yang inovatif ini dapat dikembangkan agar dapat senantiasa memberikan pesan-pesan terkait covid-19 yang akurat dan mutakhir.

    World Health Organization (WHO) telah membuat chatbot sebagai sumber informasi yang terpercaya serta menyediakan saran terkait covid-19 bagi keluarga di Eropa maupun Asia Tengah.

    Selain itu, chatbot ini juga memungkinkan bagi penggunanya untuk melaporkan berita palsu ataupun rumor yang beredar di komunitasnya. Informasi tersebut dipantau oleh para ahli dari WHO sehingga fakta yang lebih akurat dapat disampaikan kembali ke masyarakat melalui chatbot ataupun kanal komunikasi lainnya.

  2. Chatbot dalam Sektor Pendidikan

    Iwan Syahril, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud menyatakan pentingnya orientasi pembelajaran yang berdasarkan kebutuhan siswa. Selain itu, penggunaan teknologi dalam pendidikan terutama dalam masa new normal harus memfasilitasi siswa untuk aktif belajar bukan hanya memindahkan tatap muka dan kembali melakukan metode yang berorientasi pada guru seperti teknik mengajar ceramah secara penuh.

    Untuk melaksanakan pembelajaran berdasarkan kebutuhan siswa, chatbot dapat disesuaikan untuk menjadi asisten virtual siswa dalam pembelajaran personal (personalized learning). Sesi pemberian materi di mana guru terbiasa melakukan ceramah yang panjang dapat diubah menjadi serentetan pesan chat yang dapat dibaca oleh siswa berulang-ulang tanpa harus mencatat lagi. Chatbot juga disesuaikan untuk dapat menganalisis tingkat pemahaman siswa sehingga pembelajaran selanjutnya dapat disesuaikan berdasarkan analisis tersebut.

    Chatbot juga bisa disesuaikan menjadi partner guru yang cerdas dan dapat diandalkan. Chatbot dapat menjawab pertanyaan siswa baik yang berhubungan dengan pembelajaran hingga tugas-tugas yang diberikan, sedangkan guru memantau aktivitas serta perkembangan siswa dan memiliki waktu yang lebih banyak untuk mempersiapkan feedback untuk siswa maupun rencana pembelajaran selanjutnya.

    Salah satu contoh adalah chatbot yang dimanfaatkan Ashok Goel, seorang profesor ilmu komputer di Georgia Tech. Chatbot tersebut dapat menjawab berbagai pertanyaan mahasiswa secara online serta memberikan informasi teknis mengenai materi pembelajaran.

  3. Chatbot dalam Sektor Ekonomi

    Kekhawatiran masyarakat akan pandemi covid-19 membuat kebiasaan berbelanja masyarakat semakin berhati-hati. Survei oleh Mckinsey pun mengungkapkan lokasi toko, kebersihan toko, dan ketersediaan barang adalah salah satu hal utama yang masyarakat Indonesia perhatikan dalam berbelanja, terutama untuk bahan makanan. Dalam hal ini pun chatbot dapat menjadi pilihan untuk masyarakat dalam berbelanja yang lebih mudah. Pelanggan dapat secara langsung mengecek ketersediaan barang melalui chatbot dan langsung memesan hanya dengan mengetikkan pesan singkat.

Pembatasan sosial yang telah dilakukan beberapa bulan terakhir ini pun meninggalkan dampak yang besar terhadap arus kas bisnis. Untuk itu, dalam era new normal ini pengusaha perlu memberikan perhatian lebih terhadap pengelolaan keuangan perusahaan. Pengerjaan administrasi serta customer service yang masih manual dapat segera digantikan dengan teknologi digital seperti chatbot. Pelayanan dengan chatbot dapat memungkinkan respon terhadap pelanggan yang lebih cepat serta menghemat biaya yang dikeluarkan untuk customer service tradisional.

Terlebih, penggunaan chatbot mendukung berjalannya perekonomian di masa pandemi dengan mengurangi kontak fisik dan lebih aman baik untuk pegawai maupun pelanggan. Sebagai contoh, sebuah bank swasta Indonesia telah menerapkan chatbot untuk pelayanan pelanggan dengan tujuan agar pelanggan memperoleh bantuan dalam hitungan detik dan bebas biaya walau di luar jam kerja sekalipun. Chatbot ini diharapkan dapat membuat layanan bank tersebut lebih efektif dan lebih mudah menjangkau nasabah, terutama dari kaum milenial yang sudah terbiasa menggunakan fitur chatting.

pengalaman

5 Tips Meningkatkan Pengalaman Pelanggan di Era Low Touch Economy