Chatbot Indonesia: Ingin Menggunakan Chatbot untuk Bisnis Anda? Yuk Kenali Jenisnya Dulu!

Shandy Pradana
Daftar Isi

Di tengah pandemi COVID-19, kita dipaksa untuk beradaptasi dengan segala rutinitas new normal. Hal ini juga berlaku untuk para pebisnis, di mana proses digitalisasi bisnis sudah menjadi sebuah keharusan sejak pemerintah memerintahkan pembatasan sosial dan physical distancing. Akibatnya, para pebisnis harus terus melayani para pelanggannya meski dari rumah saja.

Melihat hal ini, para pebisnis pun mulai beralih untuk melakukan self-service dan otomatisasi bisnis. Salah satunya adalah penggunaan asisten virtual seperti chatbot untuk menjawab pertanyaan pelanggan. Maka tidak heran jika saat ini ada begitu banyak hype di sekitar chatbot.

Menurut Grand View Research, pasar chatbot sendiri diperkirakan akan mencapai US$1,25 miliar pada tahun 2025. Sedangkan CEO dari Manychat, Mikael Yang, mengatakan kalau menurutnya sekitar 80% dari komunikasi B2C (business to consumer) akan dilakukan melalui bot messenger dalam 3 hingga 5 tahun ke depan.

Lalu, apa itu chatbot? Chatbot adalah sebuah fitur yang dibuat untuk dapat berinteraksi dan memberikan jawaban yang cerdas kepada manusia. Dengan menggunakan kecerdasan buatan atau AI (artificial intelligence), chatbot mencoba untuk “meniru” ucapan atau tindakan manusia selama interaksi tersebut.

Namun jika Anda berpikir bahwa semua chatbot dibuat untuk kepentingan yang sama, maka Anda salah. Karena saat ini, chatbot hadir dalam berbagai bentuk dan memiliki berbagai tingkat kemampuannya sendiri. Oleh karena itu, Anda harus terlebih dulu mengetahui beberapa jenis chatbot sebelum memakainya untuk membantu bisnis Anda.

Klasifikasi chatbot sendiri tergantung pada dua hal penting, yakni masalah yang coba dipecahkan olehnya dan fungsinya.

Singkatnya, tergantung pada kegunaan dan fungsinya, chatbot dapat terdiri dari lima jenis utama yang akan dijelaskan di bawah ini:

  1. Support Chatbot

    Didesain untuk memecahkan masalah tertentu, support chatbot membutuhkan kesadaran konteks, kepribadian, dan kemampuan multi-turn di dalamnya. Jenis chatbot ini harus dapat memandu dan menjawab berbagai FAQ dari pelanggan.


    Sebagian besar support chatbot menggunakan deep learning dan pemrosesan bahasa alami (natural language processing) untuk melakukan tindakan tertentu. Pengenalan ucapan atau kalimat tertentu adalah opsional bagi jenis chatbot ini.


    Support chatbot sendiri digunakan di semua industri, terutama di ritel, sumber daya manusia, pemasaran digital, dan perawatan kesehatan. Penggunaan support chatbot di semua industri yang berbasis pelayanan ini menjadi kebutuhan tersendiri di era digitalisasi bisnis karena dapat menghemat sumber daya bisnis dan meningkatkan kepuasan pelanggan.


    Beberapa contoh support chatbot antara lain adalah:

    • Chatbot untuk melayani pelanggan

    • Chatbot e-commerce dengan kapabilitas mesin rekomendasi

    • Chatbot pemesanan makanan

    • Chatbot FAQ

  2. Skills Chatbot

    Skills chatbot adalah jenis chatbot yang tidak membutuhkan banyak kesadaran kontekstual. Chatbot ini hanya dapat mengikuti perintah untuk melakukan suatu tindakan.


    Misalnya, dengan fungsi speech recognition ia dapat melakukan perintah untuk menyalakan lampu. Skills chatbot sendiri memerlukan fitur NLP tingkat lanjut dan harus dapat berfungsi dengan cepat.

  3. Assistant Chatbot

    Seperti support chatbot, assistant chatbot harus mahir dalam melakukan percakapan dan menjawab FAQ sekaligus memberikan respon yang menghibur.


    Contoh assistant chatbot yang paling sukses adalah Siri yang dibuat oleh Apple.

  4. Transactional Chatbot

    Secara kasar, chatbot ini dapat diklasifikasikan ke dalam assistant chatbot karena mereka sering bertindak layaknya manusia untuk melakukan berbagai transaksi. Misalnya, melakukan pemesanan, membuat reservasi, dan sebagainya.


    Ada beberapa solusi kustomisasi untuk chatbot transaksional, yang akan membantu pengguna untuk meningkatkan produktivitas di saat chatbot berinteraksi dengan sistem eksternal untuk melakukan transaksi. Chatbot transaksional juga digunakan di beberapa industri seperti halnya support chatbot.

  5. Informational dan Information Gathering Chatbot

    Seperti namanya, kedua jenis chatbot ini dapat membantu mengumpulkan atau mendistribusikan suatu informasi. Misalnya, chatbot berita (chatbot informasi) dapat mengirim pemberitahuan atau menawarkan rekomendasi berita kepada pengguna dengan menggunakan klasifikasi AI atau teks tertentu.


    Chatbot ini juga dapat bertindak sebagai asisten peneliti dengan mengekstraksi sebanyak mungkin informasi baik dari manusia atau dari sumber internet.


    Chatbot ini sangat relevan di bidang pendidikan dan pelatihan perusahaan serta di sektor pemasaran digital untuk tugas-tugas yang berbasis penelitian.

Lalu apa itu AI-powered Chatbot?

AI-powered chatbot adalah versi yang lebih cerdas dari chatbot pada umumnya karena menggunakan pemrosesan bahasa alami (NLP) dan pembelajaran mesin (ML) agar lebih memahami maksud manusia dan menyediakan komunikasi yang lebih alami sampai ke tingkat yang mendekati percakapan antar manusia.

Untuk menggunakan AI-powered chatbot, suatu perusahaan harus mempertimbangkan beberapa kondisi terlebih dulu. Misalnya, perusahaan tersebut menerima beberapa ratus pertanyaan setiap harinya. Chatbot ini sendiri harus dikelola oleh tim profesional dengan kompetensi AI yang kuat.

Implementasi dari chatbot berbasis AI ini membawa banyak manfaat, termasuk:

  • Memotong biaya untuk pelayanan terhadap pelanggan

  • Meningkatkan kualitas, ketepatan, dan kecepatan komunikasi kepada pelanggan

  • Tidak harus berurusan dengan pertanyaan yang berulang dan tidak relevan

Setelah mengetahui jenis-jenis Chatbot di atas, berikut adalah beberapa contoh model penggunaan dan pelayanan dari Chatbot, yaitu:

  1. Menu/Button-based Chatbot

    Chatbot berbasis menu atau tombol adalah jenis chatbot yang paling sederhana. Jenis chatbot ini menyerupai sistem IVR (interactive voice response) hanya saja berbasis teks. Sama seperti IVR, jenis chatbot ini akan menawarkan pilihan dengan meminta data dari pelanggan.


    Chatbot ini sangat cocok untuk onboarding, survei, dukungan penjualan, dan tugas otomatisasi sederhana di mana skenario komunikasi di dalamnya didefinisikan dengan jelas. Namun, terkadang sebuah perusahaan mungkin ingin memasukkan lebih banyak skenario, sehingga penggunaan chatbot ini tidaklah cukup.

  2. Intent Recognition Chatbot

    Berbeda dari menu/button-based chatbot, chatbot ini lebih canggih karena menggunakan NLP — cabang AI yang membuat chatbot dapat berkomunikasi layaknya manusia.


    Ketika pengguna mengetik sebuah pertanyaan dan menekan enter, chatbot ini akan menganalisis pertanyaan dengan NLP. Tentunya, yang cocok dengan kata kunci untuk memberikan jawaban yang benar.

  3. Contextual Chatbot

    Chatbot ini jauh lebih kompleks daripada jenis chatbot sebelumnya. Alasannya adalah karena kombinasi dari AI dan ML. Saat pengguna mengirimkan pertanyaan, contextual chatbot akan mencoba untuk mempelajari maksud di balik pertanyaan tersebut.


    Dalam kasus serupa, chatbot akan mengambil interaksi sebelumnya dan menjawab pertanyaan tanpa perlu menyelidiki lebih dalam situasi tersebut. Tentunya, hal ini akan menghemat waktu pengguna. Alih-alih mengajukan 5 hingga 6 pertanyaan, hanya dalam 1 pertanyaan semua informasi yang diperlukan akan dibagikan oleh chatbot tersebut.

  4. Omnichannel Ecosystem

    Dalam paradigma omnichannel, percakapan yang dimulai, misalnya di WhatsApp, dapat dilanjutkan ke dalam chatbot. Alih-alih berdiri sendiri, chatbot ini dapat menjadi bagian dari ekosistem komunikasi yang beragam.


    Omnichannel biasa digunakan karena banyak pelanggan yang terbiasa berkomunikasi melalui berbagai saluran seperti media sosial (WhatsApp, Line), telepon, email, atau chatbot web.

  5. Voice-based Chatbot

    Seperti namanya, chatbot ini bekerja dengan suara pengguna sebagai input, lalu memberikan solusi setelah melakukan interpretasi yang dibantu oleh AI.


    Dengan memanfaatkan proses antarmuka paling alami, yakni suara, chatbot ini dapat menarik kepercayaan penggunanya dan membawa banyak manfaat bagi perusahaan yang memakainya.


    Namun, pengembangan chatbot berbasis suara membutuhkan keahlian khusus dari ahli bahasa, perancang UX, pengembang aplikasi, dan berbagai jenis profesi digital lainnya.

pengalaman

5 Tips Meningkatkan Pengalaman Pelanggan di Era Low Touch Economy